Mengaguminya adalah nikmat namun juga masalah bagiku. Mulai mengenalnya dalam suatu grup yang tidak pernah kubayangkan akan ada sebelumnya. Aku bukanlah tanggung jawabnya, namun yang terjadi justru mengejutkanku. Ia sungguh tulus mengayomi. Memberi secercah harapan yang belum pasti.
Dirinya kini semakin jauh dari pandanganku. Bukan bermaksud pergi dan melepas tanggung jawabnya, namun takdir sudah menggariskannya. Bukan lagi dalam wadah, pikiran, support system, dan visi yang sama sungguh mempersulit segalanya. Aku ingat pesan terakhir darinya, "Selamat berjuang di tempat berkembang yang baru, tidak perlu menyesali keputusan yang sudah dibuat, ini yang terbaik untuk kamu."
Entah sejak kapan tepatnya, mengaguminya adalah suatu kenikmatan. Melihatnya berjuang dalam jalannya adalah motivasi untukku agar terus berkembang. Mengetahuinya memamerkan kemenangannya dalam suatu pertandingan adalah alasan ku bersyukur bahwa ia ingat aku masih di sini, mendengar sedih dan bahagianya. Namun, mengaguminya dalam diam bukanlah perkara mudah. Seringkali sakit datang tanpa diundang. Entah akan berakhir sampai kapan, aku mengaguminya dalam diam.

Comments