Sudah sekian bulan perubahan ini kurasakan. Pernah pada titik apakah ini sebuah pelampiasan hingga merasa ini sebuah pengakuan. Khawatir sekali bila hati ini benar-benar jatuh pada orang yang kurang tepat. Semakin banyak tempat untuk mangadu tidak membuat hati ini tenang, justru semakin resah. Ditanyai, diberi saran, dilarang membuatku tertekan. Aku tidak tau harus bagaimana.
Rasanya salah bila harus bersikap tak acuh, salah bila harus meninggalkan, salah pula bila tiba-tiba menghilang. Namun, aku yakin juga merupakan kesalahan bila semua ini diteruskan. Dirinya dan dia masih saja menjadi hal yang menghantuiku, namun imannya justru lebih mengintimidasiku. Kami berbeda dan kami tahu itu, yang tidak kami tahu adalah sesuatu di dalam hati kami masing-masing. Benarkah ini iya? Atau hanya sebatas rasa yang tak sengaja menetes pada seember kopi pahit alias bukan hal penting.
"Saya jemput bagaimana" dan "Jarak Banyuwangi Surabaya berapa lama?" membuat diriku gusar, resah memikirkannya. Untuk apa? Janganlah seperti ini, bila perlu bertemu saja di Surabaya. Sedikit saja diberi kesempatan, langsung lah ia berkata "Entar kalo aku longgar aku samperin ya". Hanya kujawab dengan stiker favoritnya.
Siang ini, tidurku sungguh terganggu. Resah sekali memikirkan hati yang harus kujaga agar tak terjatuh pada iman yang berbeda.

Comments